Rabu, 27 Agustus 2008

Menulis : Melahirkan Sejarah

Essai ---


Mengapa saya menulis? Inilah suatu pertanyaan mendasar jika ingin mengenal sesuatu hal tentang diri kitas maupun tentang segala hal yang berada di sekitar kita. Menulis merupakan suatu kegiatan yang santai dan memerlukan tenaga. Dari duduk diam hingga memikirkan sesuatu yang luas di sekitar kita. Jika saya boleh diizinkan untuk menjelaskan mengenai pertanyaan diatas, maka saya akan menjelaskan secara sederhana tentang sesuatu hal yang penting dalam suatu kebutuhan kita sekarang ini. Hal yang terpenting dalam menjelaskan pertanyaan itu ialah mengenai suatu hasil prilaku atas kontemplasi (renungan) yang nantinya akan teraplikasi dan menciptakan objek kajian untuk melihat realitas kehidupan manusia dalam aktifitasnya. Hasil tersebut memiliki pendukung variable-variable, sehingga akan menghidupkan kembali suatu kekuatan dan suatu kebutuhan dari hasil kontemplasi (perenungan) itu. Variable tersebut ialah pengalaman atas dirinya tentang sesuatu hal didalam dirinya maupun tentang hal-hal lain yang berada disekitarnya atau diluar dirinya.

Kembali pada jawaban mengenai pertanyaan, mengapa saya menulis? Biasanya jawaban yang akan terdengar di telinga kita ialah karena itu hobi saya, karena lagi jenuh, atau karena saya ingin dikenal oleh orang banyak dll. Jawaban tentang quality personal seseorang. Tetapi jauh diluar sana, menulis tidak hanya berbicara tentang quality personal saja akan tetapi memiliki suatu kekuatan besar untuk merubah sesuatu hal yang ada. Dari menulis orang dapat tergugah untuk bergerak dan dari menulis juga suatu revolusi (perubahan) social akan tercipta. Karena menulis suatu keabadian lahir dari kehidupan ini9. seperti para faunding father kita yang membentuk Negara ini. Dari hasil tulisan undang-undang dasar dan teks proklamasi bangsa ini telah mengumandangkan kemerdekaannya dan menjauhkan diri dari penjajahan asing yang berbentuk penjajahan fisik. Hingga kapanpun semangat-semangat itu akan menjadi api bagi kehidupan berbangsa. Dari semangat yang berkobar itu dikarenakan oleh ada sautu dasar dari secarik kertas teks proklamasi yang merubah tatanan social masyarakat dari penjajahan fisik menjadi terbebas dari belenggu penjajahn fisik . itulah kekuatan besar yang lahir dari tulisan.

Tepatsekali jika Pramudya Ananta Toer pernah berpesan melalui karyanya –jika kita tidak menulis, maka kita akan menjadi orang yang tidak beruntung di muka bumi ini- mengapa ? karena kita tidak menulis, maka kita akan ditelan oleh waktu dan peradaban yang semakin lama akan berubah mengikuti zaman. Artinya, bahwa dengan menulis suatu sejarah baru dalam kehidupan ini akan terlahir. Kitalah yang menentukan sejarah dan menentukan waktu sekaligus peradaban. Jejak rekam yang kita lahirkan akan selalu abadi dan selalu diingat oleh siapapun yang membacanya. Sejarah itu akan selalu hidup jika kita menulis. Jika boleh saya menganalogikan, menulis adalah suatu bangunan yang besar yang memiliki pilar-pilar untuk membentuk fondasi yang kokoh. Pilar-pilar untuk mempertahankan bangunan agar tetap berdiri dengan kuat dan kokoh. Itulah menulis, menjadi pilar-pilar untuk menopang bangunan besar kehidupan ini. Dengan menulis kita melahirkan kehidupan baru. Kehidupan yang menjadi sejarah pada zaman sekarang maupun yang akan datang.

Budaya yang besar adalah budaya menulis. Sebagai contoh, Negara maju. Pertanyaannya adalah mengapa Negara maju mudah dikenal? Salah satunya Negara maju mudah dikenal dikarenakan memiliki budaya menulis yang kuat. Mereka melakukan ekspansi kepada Negara-negara berkembang dengan melalui tulisan. Contoh: LOI (Later Of Intens) yang merupakan suatu perjanjian/ kesepahaman mengenai kerja sama antara Amerika dengan Indonesia. Dari perjanjian itulah bangsa Indonesia tercengkram oleh lembaga-lembaga donator. Dan memberikan sedikit ekonomi politiknya kepada Amerika sebagai Negara Donatur ekonomi keuangan Negara. Sungguh hebatkan dari beberapa lembar tulisan saja suatu bangsa dapatdikontrol oleh Negara lain. Tulisan itu menjadi legitimasi (kekuatan) untuk menciptakan revolusi sosial yang baru.

Melalui tulisan juga kita akan mengenal orang-orang besar didunia ini. Wajar saja kita lebih mengenal orang-orang besar seperti bung karno, bung hatta dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang lain dari pada orang-orang terdekat kita. Alasannya hanya sederhana. Mereka (tokoh-tokoh) menulis. Sedangkan, orang-orang terdekat kita tidak menulis. Itupun akan kembali kepada kita, jika kita tidak menulis dan nantinya kita tidak akan melahirkan sejarah baru. Wajar saja jika orang lain lebih mengenal kita dari pada orang-orang terdekat kita.

Saya percaya bahwa kita bisa seperti Bung Karno, Bung Hatta dan tokoh-tokoh yang lain yang ada di Indonesia maupun di dunia. Selagi kita menuliskan sesuatu gagasan tentang diri kita maupun tenatng gagasan yang berada di sekitar kita. Mereka (orang-orang yang berpengaruh) mengaplikasikan gagasannya selain melalui media verbal juga melalui media tulisan . Kita memiliki kesempatan itu. Kesempatan untuk menjadi orang yang berpengaruh dan kesempatan itu tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang besar saja. Karena kita terlahir atas pilihan menjadi pemenang.


Bekasi, 27. 08. 2008 -Mirza sulfri-