Selasa, 13 Juli 2010

Ibu: Nadi Yang Menghidupkan


Disini

Anekdot Semesta Rahim

Saat itu, cuaca pun mulai bergemuruh bersama malam dalam porosnya, angin yang mengencang, yang ditemani oleh tiupan seruling bambu yang bergemam, bersama itu seorang ibu pun terbujur lemas ditemani oleh jarum yang mengaliri sari-sari makanan serta membalut tubuhnya dan sebuah selang yang meniupkan udara untuk membantu kehidupannya menanti seorang bayi yang ingin merasakan kehidupan barunya di alam semesta bumi.

Di pelataran ruang dengan berselimutkan kain putih seorang ibu dengan penuh optimis menunggu kehidupan barunya terlahir dengan penantian panjang selama 9 bulan itu yang selalu akan di nantinya. bayi siap untuk dilahirkan, saat menjelang diturunkan ke dunia materi, sebelumnya, dalam sebuah kehidupan di alam semesta rahim seorang bayi berdialog dengan Tuhannya,

Bayi pun bertanya kepada Tuhan,

Tuhan, aku ingin bertanya kepadamu, peran malaikat di sini untuk apa dalam hidupku kelak?, tutur seorang bayi kepada Tuhannya,

Tuhan berkata, “bahwa esok aku akan mengirimmu ke dunia” bersama dengan seorang yang selalu setia mengasihimu dan akan menjagam serta selalu meniupkan kasih tanpa batas terhadapmu.

Bayi melanjutkan pertanyaannya kepada Tuhannya, “Siapakah seseorang itu Tuhan?”

Tuhan pun meyuarakan perkataannya, “ia adalah Ibundamu”, pemilik alam semesta rahim.

Bayi kemudian bertanya kembali kepada Tuhannya, “setelah itu, bagaimana cara aku dapat hidup disana, sedangkan aku hanya seorang kecil dan lemah, kata si bayi,

Tuhan pun menjawab, “aku telah memilih satu malaikat untukmu dan seseorang perantara bagimu untuk dilahirkan, ia akan menjaga dan mengasihimu, tapi di surga, apa yang aku lakukan hanyalah bernyanyi dalam tangisan dan tertawa dalam kerinduan, ini cukup bagi aku untuk tetap bahagia di samping ibundaku, demikian kata sang bayi,

Tuhan pun kembali menjawab, "malaikatmu akan bernyayi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan akan menjadi lebih berbahagia bersamanya.

si bayi pun bertanya kembali, " dan apa yang dapat aku lakukan saat aku ingin berbicara kepadamu?". sekali lagi Tuhan menjawab, " malaikatku akan mengajarkan bagaimana cara berdoa". Melalui perantara seorang yang selalu teguh untuk mengasihi dan memberikan butir-butir kasihnya dalam tiap nafasnya.

Si bayi pun belum puas, ia pun bertanya kembali "saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat. siapa yang akan melindungi saya?". Dengan penuh kesabaran Tuhan pun menjawab pertanyaan itu, "malaikatmu akan melindungimu dengan taruhan jiwanya sekalipun". si bayi pun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya, " tapi saya akan bersedih karena tidak melihat engkau lagi, Tuhan".

Tuhan pun menjawab "malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu dapat kembali kepadaku, walaupun sesungguhnya aku selalu berada di sisimu."saat itu lah surga begitu tenangya, akan selalu berada di hadapanmu, sehingga suara dari bumi pun dapat terdengarnya dan sang bayi dengan suara lirih bertanya. "Tuhan, jika aku harus pergi sekarang, bisakah engkau memberiku siapa nama malaikat di rumah alam materiku kelak?".

Tuhan pun kembali menjawab pertanyaan dari seoarng bayi, "kamu dapat memanggil malaikatmu dengan kata : Ibu”. Pemilik semesta Rahim, Dialah malaikatmu di dunia yang akan memberikan mu banyak makna dan arti, memperkenalkan semesta bumi dalam kehidupanmu serta menghantarkanmu ke surga yang selama ini aku janjikan kepadamu. Itulah dia ibu. Surgamu berada di sela-sela jemari kakinya. Maka berbaktilah kepadanya, kelak engkau.mendapatkan jalan terbaik bagi kehidupanmu.

Ibu, adalah tokoh utama yang tidak pernah gentar dalam mewujudkan cita-cita yang kita inginkan. Sesosok tua yang tidak pernah hilang dalam benak kita. Selalu membayang-bayangi alam pikiran kita hingga masuk di relung kehidupan kita dalam jejak apapun. Selalu memberikan inspirasi dalam tiap perkataannya. Selalu memberikan motivasi yang membangun serta memberikan ruh baru dalam tiap tindakan. Sulit untuk membalasanya. Bahkan untuk membalasnya sekalipun. Ratusan hingga ribuan kali doa dihantarkan kepada kita untuk kita menjadi orang yang dapat berguna bagi diri kita maupun lingkungan. Ribuan perkataan suci pun selalu berada dalam bait-bait kehidupan kita tatkala kita berada dalam sebuah kebimbangan yang terjadi. Itulah ibundamu.

Sebelum kita terlahir sebagai materi manusia dalam sebuah alam dunia ini. Di saat itulah kita berada di dalam sebuah rahim dengan hidup bersama ratusan sel yang selalu meyaluri sari patih serta doa yang engkau tiupkan bersamanya, di dalam kuat rahimmu sari patih itu mengalir tanpa henti hingga kita dapat menikmat kasih yang engkau berikan, bersama dengan doa yang engkau panjatkan disaat-saat kita berada sangat lemah bersama dengan ribuan bahkan jutaan sel yang menyelimuti. Ibunda, Tuhan pun pernah berjanji jiakalau surga berada dalam sela-sela jemari kakimu. Di saat setelah ruh mulai di tiupkan dalam rahim ibu, di saat itulah seorang bayi yang rapuh dan lemah berdialog dengan Tuhan, untuk berjanji bersembah diri kepadamu Tuhan.

Percaya, di dalam rahim mu “ibu” terjadi sebuah kehidupan yang membuat kita dapat mengenal semesta ini, sebuah janji antara kita, malaikat dengan Tuhan. Kehidupan antara kita, malaikat dan Tuhan. Dialog itu pun mulai terjalin sebelum jasad kita saat ini berada dalam semesta alam ini. Dialog pun mulai terjalin antara kita dengan sang pencipta,

Pengakuan atas Pemilik Semesta Rahim

Begitu sangat bangga aku dapat mengenalmu bahkan berada dalam lingkunganmu saat ini. Karena “ibu”, aku dapat berada di alam materi saat ini. aku percaya, engkau “ibu” telah berjuang hingga rela untuk berada dalam persimpangan kehidupanmu, saat engkau ingin mengeluarkanku dari rahimmu. Betapa tidak engkau saat itu dalam persimpangan kehidupan, Ibu. Pengorbanan atas hidup dan matimu seakan dekat saat itu. Tapi engkau merelakan dirimu untuk memutuskan tindakan itu. Tindakan yang berada di luar kemampuan manusia. Engkau telah memberikan makna, makna dalam pengertian sebuah kebenaran, kedewasaan dan kebijaksanaan. Tatkala makna yang tidak akan pernah hilang dalam gerusnya lekang waktu dan selalu melekat dalam setiap nafas yang ku hebuskan di semesat alam ini.

Kau “ibu” telah memutuskan untuk melahirkan ku dalam keadaan penuh kepastian, walau terus meneteskan darah segar di dalam rahimmu sebagai sari pati hidup ku di saat berada didalam semesta rahimmu, memperjuangkan hingga tetes darah pun engkau hiraukan. Engkau begitu tegar melawan itu. Jiwamu begitu besar. Mendidik ku hingga saat ini aku dapat mengenal alam semsesta bumi. Ibu, aku tidak akan dapat membandung pengorbanan serta perjuanganmu hingga aku berada dalam semesta bumi saat ini, menghirup udara segar alam semesta bumi ini, merasakan indahnya semesta bumi ini. Perjuangan yang tidak pernah henti engkau luapkan tatkala selaput darahmu pun berada dalam kesenggangan, kemerut kulit yang membekas dalam sel-sel kulitmu serta dering gemilau suara kencang pun menderu telingamu. Tapi rngkau tetap tegar!!

Laka Semesta Rahim

Ibundamu merupakan pemilik Kerajaan semseta rahim. Maka ketika engkau akan berani untuk bertindak salah dan durhaka pada ibumu, mungkin saja ibunda memang rela dan akan memaafkan setiap kesalahannya yang telah di perbuat oleh mu. Tetapi, tidak bagi para penghuni alam semesta ini, prajurit yang menjaga semesta rahim serta pemilik semesta ini. Karena meskipun Ibundamu akan senantiasa memaafkanmu karena tindakan yang kamu lakukan terhadap pemilik kerajaan semesta rahim, akan setiap langkah kesempatan atas kesalahanmu dirangkul hingga di genggam dengan erat-erat oleh para prajurit kerajaan alam semesta ini untuk kelak mereka usulkan pada Raja Semesta agar menjadi penghuni neraka abadi. Itulah, yang di lakukan untuk oleh Raja semseta untuk kamu dan penghuni alam semesta dengan mempertahankan kesucian dari alam rahim ibumu. Sebab, ibunda mumerupakan pemilik seluruh kerajaan semesta rahim. Bila engkau akan menyakitinya, berarti engkau akan melukai perasaan seluruh penghuni Kerajaan semesta Rahim —tanpa ada terkecuali. Itulah kausal bagi diri yang telah bertindak buruk bagi pemiik semesta rahim.

Jikalau Ibumu menangis karena tindakan yang salah engkau perbuat, hingga air mata keluar, menetes di hadapanmu, maka saat itulah sebagian malaikat akan masuk dan menyelinap pada setiap butiran air matanya yang menetes. Lalu, butiran tetes air mata itu akan menjadi kristal memantulkan cahaya yang membuat sebagian malaikat yang lain akan merasa silau atas cahaya kesucian yang terpancar dan marah kepadamu. Kemudian, kemarahan para malaikat itu merupakan kemarahan yang suci, hingga pemilik semesta ini tidak melarang mereka, tatkala akan menutup segala pintu kebaikan kepadamu. Bahkan bila kemarahan mereka sampai memuncak, engkau akan merasakan betapa menjadi tidak berartinya kebaikanmu selama ini dan menjadi seorang yang sangat menderita di semesta ini serta di alam berikutnya yang akan engkau jalani setelah di alam semesta ini. Bahkan, pintu surga pun akan tertutup selamanya bagimu! Itulah, yang engkau akan dapatkan dan rasakan setelah engkau melakukan tindakan yang merugikan bagi ibundamu. Sebab, dalam alam semesta hanya ada satu hukum yang berlaku, hukum kausal yang membuat kamu akan terjerumus dalam derajat yang lebih rendah di hadapan raja semesta, maka jangan pernah membuat Ibundamu tersakiti, tergores hatinya dan menangis karenamu, kecuali engkau memiliki banyak keberanian untuk membuat pemilik alam semesta ini murka atas perbuatanmu terhadap pemilik semesta rahim pada seluruh perjalanan hidupmu.

Kita pun selalu menyadari, sebuah pengorbanan yang engkau “ibu” berikan kepada hidup ini, sebuah perjuangan yang engkau hebuskan dalam helai-helai nafasmu di tiap langkah serta berada diantara hidup dan matimu. Raja semesta ini pun berjanji dalam janjinya kepada pemilik semesta Rahim. Bahwa, pengorbanan yang telah di berikan menjadi jalan bagi hidup kita untuk dapat menuju alam surga semesta alam dan kita pun akan memahami dalam setiap perkataanmu merupakan suatu nadir keputusan yang sering menyamai dengan kisah seorang pahlawan yang ingin mempertahankan kedaulatannya, bahkan jauh lebih dari itu. Ia didahului dengan penderitaan-penderitaan dari pembawaan kelahirannya untuk tetap ingin mempertahankan keutuhan yang terbaik bagi hidup sang bayi.

Ibunda, dialah yang terkasih. Dialah yang penyayang. Cahaya yang tidak pernah redup dalam hidup ini. Kreator yang selalu mengkonsep kehidupan ini dan pemersatu asa dalam kisah klasik kehidupan ini. Ibu, udara kasih yang tidak pernah sirna. Sambut seorang Iwan terhadap ibu,

Ribuan kilau jalan yang kau tepuh

Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan

Walau telapak kaki penuh darah, penuh nanah

Seperti udara kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas, ibu, ibu

Derai waktupun selalu menemanimu ibu bersama dengan pengorbanan yang engkau berikan, ibu, tatkala waktu 9 bulan saat itu, engkau telah membasuh diri dengan kesucian kasih sayangmu bersama bayi yang engaku rangkul di dalam rahimmu. Dahulu, cairan yang di katakan hina pun sekarang menjadi suci dalam rahimmu. Engkau tiup dengan derai doa, derai cahaya cinta serta basuh lembut lirih suara doamu. Ibu, Tanpa penuh keluh kesah engkau mengabarkan kisah kehidupan itu. Selalu menemani di saat penantian mulai memuncak untuk hadir dalam alam materi ini. Ibu, engkau telah membawa kita kemanapun engkau melangkah. Ibu, engkau adalah pribadi yang sempurna. Engkau adalah malaikat dalam alam dunia ini.

Ibu merupakan udara yang selalu kita hisap hingga kita dapat hidup di dunia ini. Nafas yang suci itu pun selaalu dihebuskan ketika kita berada di alam rahim. Berawal dari embrio, menjadi janin kemudian menjadi manusia yang jadi dan hidup hingga kini. Seperti nadi yang engkau berikan. Ia menyalurkan tiap molekul-molekul darah segar untuk kita dapat hidup, derai kesucian darah itupun mengalir dan dari kesucian rahim itulah yang membawa kita pada sebuah kehidupan yang nyata ini. Pengorbanan yang tidak dapat dibalas oleh perbuatan apapun yang kita lakukan kepadanya. Itulah ibu.

By Isnpiration : Rahim

Oleh : Pramoe Mirza

Jogyakarta, 12.07.2010