Selasa, 28 Desember 2010

Manusia Dan Sifat Dasarnya

Halo teman, sudah lama aku tidak menyapa teman-teman di ruang kecil maya ku ini, aku datang kembali dengan tulisan yang baru nih. Tulisan tentang Watak, Naluri dan Fitrah. Istilah-istilah ini aku dapat ketika dalam kesempatan yang kosong seorang teman mengajakku untuk main ke tempatnya. Kemudian aku berbincang-bincang dengan seorang teman di kontrakannya. Tiba-tiba seorang teman mempertanyakan, apa sih watak itu? Insting? Dan Fitrah itu? Seketika di sela-sela obrolan kita langsung terdiam dan harus memikirkan pertanyaan itu. Dengan adanya kesempatan melalui pertanyaan itu aku ingin menjawab pertanyaan dari teman tersebut melalui tulisan ini. Mungkin agak berat tema tulisanku kali ini tapi walaupun berat secara bersama kita pikirkan kan pasti tidak akan berat. Benar tidak?? , Mari kita diskusikan kembali tulisan ku ini. Mari bersama kita mengkerutkan dahi sejenak untuk berfikir tentang Watak, Naluri dan Fitrah!!
Apa itu watak, apa itu Naluri dan apa itu Fitrah?
1. Watak
Apa itu watak? Sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari tentang watak. Apalagi ketika ada seseorang yang sedang memperdebatkan sesuatu hal dan orang tersebut tidak mau kalah dalam perdebatan tersebut. Pasti orang tersebut berkata -keras kepala atau “batu” dan ditambahkan lagi dengan perkataan “memang udah wataknya keras kepala, jadi dia tidak mau kalah dalam perdebatan ini”. Tidak hanya disitu penjelasan dari watak. Karena ternyata watak pun tidak hanya dimiliki oleh manusia saja tapi benda hidup pun memiliki watak. Contohnya : jika kita akan bermaksud menjelaskan karakteristik (ciri khusus) dari oksigen, maka kita akan mengatakan, “wataknya adalah mudah terbakar” ataupun air yang memiliki “wataknya tidak mudah terbakar”. Jadi, kita pun dapat menyebut berbagai karakteristik asal benda tersebut dengan watak (sifat dasar) yang dimiliki sebagai sebuah pembanding dari bentuk-bentuk benda hidup yang satu dengan yang lainnya.
Maka manusia dalam hal ini dengan melalui akalnya, akan berfikir bahwa dua benda hidup tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan memiliki watak yang berbeda pula. Menurutnya, dua benda hidup tersebut memiliki karakteristik (ciri khususnya) yang sama yaitu cair akan tetapi berbeda dengan wataknya (sifat dasar) yaitu air yang tidak mudah terbakar dan oksigen yang mudah terbakar. Jika karakteristiknya berbeda, hal itu membuktikan bahwa kedua benda tersebut memiliki perbedaan dalam satu segi maupun lebih. Akan tetapi ketika kita melihat dan merasakan beberapa kesamaan dalam benda, maka boleh jadi kita pun akan berpendapat bahwa benda-benda hidup tersebut sama dalam bentuk maupun materinya, namun akan berbeda dalam sifat dan spesiesnya.
Dalam mengenal watak dari benda hidup maupun yang lainnya akan berbeda, karena manusia, benda hidup maupun benda mati memiliki definisi yang tidak menyeluruh (parsial). Pemikiran ini sudah sejak lama dikenal. Untuk itu, mereka (orang yang terdahulu) memperkenalkan kita dengan contoh-contoh yang telah diberikan kepada kita untuk lebih memahami watak dari manusia dan benda-benda tersebut. Contohnya, air dan oksigen memiliki bentuk dan materi. Begitu pula watak dari benda-benda hidup yang lainnya seperti api dan tanah. Akan tetapi masing-masing benda tersebut dapat dibedakan dari karakteristik dan watak yang dimilikinya, yang tidak dimiliki oleh benda lainnya. Berdasarkan itu, maka dapat dilihat bahwa manusia, benda hidup maupun benda mati memiliki potensi yang memperlihatkan karakteristiknya sebagai suatu kekhususan yang memunculkan sesuatu yang hanya dimilikinya. Potensi ataupun kekhususan itulah yang merupakan watak dari benda-benda tersebut sebagai sesuatu hal yang diketahui (reality).
Realitas yang diketahui oleh kita secara langsung adalah watak dari [ke]bendaaanya. Watak manusia atau benda tersebut diketahui secara langsung dari luar diri manusia. Suatu obyek yang dapat dialami dari luar dan dapat diukur maupun dipahami dan bergerak dalam ruang dan waktu. Terdapat banyak bukti bahwa adanya suatu unsur inti yang berada di dalam benda yang diberi nama watak. Kata-kata dari potensi, karakteristik maupun keistimewaan mengandung arti “adanya suatu yang mempunyai pengalaman, yang memberikan kesatuan yaitu benda”. Untuk itu, watak benda sebagai suatu yang dasar memiliki kualitas dalam perbedaan benda dengan benda yang lainnya. Potensi keistimewaan itulah yang menjadi dasar bagi kita untuk memahami keberadaan benda tersebut. Karena kita hanya sadar kepada karakteristik kebendaan sebagai suatu watak yang dimiliki oleh manusia dan benda-benda yang mengelilingi kehidupan kita saat ini.



2. Naluri/insting
Yang kedua adalah naluari atau insting. Biasanya istilah ini di gunakan untuk binatang. Naluri maupun insting merupakan suatu kondisi kesadaran yang tidak sempurna yang dimiliki oleh benda mati, hewan maupun manusia, suatu keadaan yang merupakan gabungan antara sadar dan tidak sadar yang dimiliki oleh hewan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti seekor kuda yang baru lahir mencoba untuk berdiri, tentu saja akan jatuh, akan tetapi dengan berusaha si anak kuda tersebut dapat berdiri tanpa harus di beritahu oleh induknya bagaimana caranya untuk berdiri dan setelah berdiri anak kuda itu merasakan haus, tanpa harus mencari kemana-kama untuk menghilangkan dahaganya maka si anak kuda tersebut menyelusup di bawah perut induknya dan setelah menemukan maka si anak kuda tersebut langsung menyusu. Hal-hal yang seperit ini berasal dari insting seorang anak kuda yang ingin melakukan geraknya tanpa melalui latihan terlebih dahulu.
Pengetahuan seperti inilah yang dapat kita katakan sebagai insting, yaitu suatu kondisi kesadaran yang tidak sempurna. Biasanya didalam insting ini terdapat kondisi setengah sadar yang dengan itu binatang-binatang dapat menjalankan perjalanan kehidupannya. Kehidupan tersebut bukan diperoleh dengan usaha tapi merupaka sifat dasar yang dimiliki oleh hewan. Kalau seperti itu, Apa yang di anggap sebagai kesadaran yang sempurna? Kesadaran yang sempurna itu berasal dari akal yang dimiliki oleh manusia yang didasarkan pada pengalam-pengalam yang secara tampak maupun tidak tampak. Seperti contoh : ketika kita mengendarai kendaraan roda dua maupun roda empat. Jika kita melakukan berkendara dengan setengah sadar maka yang akan terjadi ialah akan terjadi kecelakaan. Pasti dengan penuh kesadaran seorang berkendara melakukan berkendaraannya.
3. Fitrah
Dan yang terakhir adalah fitrah, Apakah fitrah? Istilah Fitrah ini biasanya dipredikatkan untuk manusia. Jarang sekali aku mendengar kata Fitrah ini dipredikatkan kepada hewan maupun benda-benda hidup yang lainnya. Maka istilah ini dapat digunakan untuk manusia berbeda dengan watak dan insting yang dapat digunakan oleh hewan dan benda-benda lain yang berada di sekeliling kita. Tetapi, sebagaimana halnya dengan insting, watak dan fitrah merupakan suatu bawaan alami yang dimiliki, karena “dia” merupakan sesuatu yang melekat secara langsung dalam diri manusia. Fitrah pun dapat disamakan dengan kesadaran. Sebab, manusia mengetahui apa yang ia ketahui sebelumnya. Karena fitrah berada dalam diri manusia dan berkumpul sebagai sesuatu sifat yang fitrah dan ia pun tahu tentang hal tersebut.
Ada sebuah analogi sederhana yang dapat menjelaskan bahwa manusia dalam mencapai kesempurnaan fitrahnya selalu membutuhkan perangkat-perangkat untuk dirinya dianggap sempurna, seperti contoh : seorang tukang kayu maupun tukang besi yang ingin membuat sebuah perangkat meja, dalam memenuhi kebutuhan pekerjaannya, maka tukang kayu maupun tukang besi tersebut terlebih dahulu mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan yang akan melengkapi pekerjaannya, seperti : kayu, pahat, bor dan sebagainya. Semua itu merupakan bahan-bahan yang tidak ada hubungannya dengan dirinya, baik dalam penyediaan dan pengembangan dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Yang membedakan insting dengan fitrah ialah insting berkaitan langsung dengan hal-hal yang bersifat fisik yang dapat di contohkan dengan prilaku hewan sedangkan fitrah berkaitan langsung dengan masalah-masalah yang kita hadapi secara langsung yang berurusan langsung dengan sisi kemanusiaan kita. Oleh sebab itu, masalah-masalah tersebut di luar dari dunia binatang atau biasa kita sebut sebagai metahewani. Berarti kalo seperti itu, apakah fitrah itu merupakan masalah-masalah yang metahewani, yang bawaan dari dalam diri manusia? Kalau begitu, kebenaran yang dimiliki oleh manusia itu adalah “sesuatu” dan mencari kebenaran adalah sesuatu yang lain dari kebenaran itu. Artinya, manusia yang selalu berhadapan dengan sesuatu hal yang tidak diketahui akan berusah untuk mengetahui. Ia (manusia) akan selalu mencari pengetahuan yang belum di ketahuinya atau dapat dikatakan bahwa manusia merupakan suatu makhluk pencari kebenaran dan menjadi keharusan sosial bagi manusia untuk mencari kebenaran dan apakah mencari kebenaran itu fitrah bagi manusia?
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Bisa dikatakan seperti itu. Manusia mencari kebenaran untuk menjadi baik. Konsep kebaikan merupakan pemikiran tentang suatu prilaku baik atau kita kenal dengan perikemanusiaan. Misalnya, biasa orang berkata “orang yang baik itu akan mendapatkan balasan yang baik pula” dan wajib bagi orang yang mendapatkan kebaikan dari orang lain untuk berterima kasih atas kebaikan yang diberikannya. Dengan demikian, tidak hanya idiom belaka bahwa orang yang memberikan perlakuan baik harus diberi balasan dengan kebaikan atau kebaikan dibalas dengan kebaikan.
Jadi hipotesa awal kita tentang fitrah dapat dikatakan sebagai sesuatu yang bersumber dari dalam diri manusia. Artinya, dari sejak lahir manusia merupakan makhluk yang telah ditanamkan ha-hal yang bersifat fitrah dan harus di pahami kembali bahwa manusia dilahirkan dari rahim seorang ibu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun dan Tuhan memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati untuk kita bersyukur terhadap[NYA] . Untuk itu, dalam pencarian manusia terhadap kebenaran itu merupakan fitrah yang diberikan oleh manusia untuk menjadi yang sempurna dan menjadikan hidupnya lebih bermakna dan berkualitas.

Makasih kawan udah menyempatkan waktu untuk berkunjung di tulisan saya ini. Besar harapan bagi saya untuk kawan dapat memberikan saran dan kritik atas tulisan ini. Wassalam, nuwun :)
Hormat saya


Pramoe Mirza,

_________________________
Sumber bacaan :
Fitrah : menyingkap hakikat, potensi dan jati diri manusia, Murthada Muthahhari, 2008.
Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 1994

Selasa, 13 Juli 2010

Ibu: Nadi Yang Menghidupkan


Disini

Anekdot Semesta Rahim

Saat itu, cuaca pun mulai bergemuruh bersama malam dalam porosnya, angin yang mengencang, yang ditemani oleh tiupan seruling bambu yang bergemam, bersama itu seorang ibu pun terbujur lemas ditemani oleh jarum yang mengaliri sari-sari makanan serta membalut tubuhnya dan sebuah selang yang meniupkan udara untuk membantu kehidupannya menanti seorang bayi yang ingin merasakan kehidupan barunya di alam semesta bumi.

Di pelataran ruang dengan berselimutkan kain putih seorang ibu dengan penuh optimis menunggu kehidupan barunya terlahir dengan penantian panjang selama 9 bulan itu yang selalu akan di nantinya. bayi siap untuk dilahirkan, saat menjelang diturunkan ke dunia materi, sebelumnya, dalam sebuah kehidupan di alam semesta rahim seorang bayi berdialog dengan Tuhannya,

Bayi pun bertanya kepada Tuhan,

Tuhan, aku ingin bertanya kepadamu, peran malaikat di sini untuk apa dalam hidupku kelak?, tutur seorang bayi kepada Tuhannya,

Tuhan berkata, “bahwa esok aku akan mengirimmu ke dunia” bersama dengan seorang yang selalu setia mengasihimu dan akan menjagam serta selalu meniupkan kasih tanpa batas terhadapmu.

Bayi melanjutkan pertanyaannya kepada Tuhannya, “Siapakah seseorang itu Tuhan?”

Tuhan pun meyuarakan perkataannya, “ia adalah Ibundamu”, pemilik alam semesta rahim.

Bayi kemudian bertanya kembali kepada Tuhannya, “setelah itu, bagaimana cara aku dapat hidup disana, sedangkan aku hanya seorang kecil dan lemah, kata si bayi,

Tuhan pun menjawab, “aku telah memilih satu malaikat untukmu dan seseorang perantara bagimu untuk dilahirkan, ia akan menjaga dan mengasihimu, tapi di surga, apa yang aku lakukan hanyalah bernyanyi dalam tangisan dan tertawa dalam kerinduan, ini cukup bagi aku untuk tetap bahagia di samping ibundaku, demikian kata sang bayi,

Tuhan pun kembali menjawab, "malaikatmu akan bernyayi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan akan menjadi lebih berbahagia bersamanya.

si bayi pun bertanya kembali, " dan apa yang dapat aku lakukan saat aku ingin berbicara kepadamu?". sekali lagi Tuhan menjawab, " malaikatku akan mengajarkan bagaimana cara berdoa". Melalui perantara seorang yang selalu teguh untuk mengasihi dan memberikan butir-butir kasihnya dalam tiap nafasnya.

Si bayi pun belum puas, ia pun bertanya kembali "saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat. siapa yang akan melindungi saya?". Dengan penuh kesabaran Tuhan pun menjawab pertanyaan itu, "malaikatmu akan melindungimu dengan taruhan jiwanya sekalipun". si bayi pun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya, " tapi saya akan bersedih karena tidak melihat engkau lagi, Tuhan".

Tuhan pun menjawab "malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu dapat kembali kepadaku, walaupun sesungguhnya aku selalu berada di sisimu."saat itu lah surga begitu tenangya, akan selalu berada di hadapanmu, sehingga suara dari bumi pun dapat terdengarnya dan sang bayi dengan suara lirih bertanya. "Tuhan, jika aku harus pergi sekarang, bisakah engkau memberiku siapa nama malaikat di rumah alam materiku kelak?".

Tuhan pun kembali menjawab pertanyaan dari seoarng bayi, "kamu dapat memanggil malaikatmu dengan kata : Ibu”. Pemilik semesta Rahim, Dialah malaikatmu di dunia yang akan memberikan mu banyak makna dan arti, memperkenalkan semesta bumi dalam kehidupanmu serta menghantarkanmu ke surga yang selama ini aku janjikan kepadamu. Itulah dia ibu. Surgamu berada di sela-sela jemari kakinya. Maka berbaktilah kepadanya, kelak engkau.mendapatkan jalan terbaik bagi kehidupanmu.

Ibu, adalah tokoh utama yang tidak pernah gentar dalam mewujudkan cita-cita yang kita inginkan. Sesosok tua yang tidak pernah hilang dalam benak kita. Selalu membayang-bayangi alam pikiran kita hingga masuk di relung kehidupan kita dalam jejak apapun. Selalu memberikan inspirasi dalam tiap perkataannya. Selalu memberikan motivasi yang membangun serta memberikan ruh baru dalam tiap tindakan. Sulit untuk membalasanya. Bahkan untuk membalasnya sekalipun. Ratusan hingga ribuan kali doa dihantarkan kepada kita untuk kita menjadi orang yang dapat berguna bagi diri kita maupun lingkungan. Ribuan perkataan suci pun selalu berada dalam bait-bait kehidupan kita tatkala kita berada dalam sebuah kebimbangan yang terjadi. Itulah ibundamu.

Sebelum kita terlahir sebagai materi manusia dalam sebuah alam dunia ini. Di saat itulah kita berada di dalam sebuah rahim dengan hidup bersama ratusan sel yang selalu meyaluri sari patih serta doa yang engkau tiupkan bersamanya, di dalam kuat rahimmu sari patih itu mengalir tanpa henti hingga kita dapat menikmat kasih yang engkau berikan, bersama dengan doa yang engkau panjatkan disaat-saat kita berada sangat lemah bersama dengan ribuan bahkan jutaan sel yang menyelimuti. Ibunda, Tuhan pun pernah berjanji jiakalau surga berada dalam sela-sela jemari kakimu. Di saat setelah ruh mulai di tiupkan dalam rahim ibu, di saat itulah seorang bayi yang rapuh dan lemah berdialog dengan Tuhan, untuk berjanji bersembah diri kepadamu Tuhan.

Percaya, di dalam rahim mu “ibu” terjadi sebuah kehidupan yang membuat kita dapat mengenal semesta ini, sebuah janji antara kita, malaikat dengan Tuhan. Kehidupan antara kita, malaikat dan Tuhan. Dialog itu pun mulai terjalin sebelum jasad kita saat ini berada dalam semesta alam ini. Dialog pun mulai terjalin antara kita dengan sang pencipta,

Pengakuan atas Pemilik Semesta Rahim

Begitu sangat bangga aku dapat mengenalmu bahkan berada dalam lingkunganmu saat ini. Karena “ibu”, aku dapat berada di alam materi saat ini. aku percaya, engkau “ibu” telah berjuang hingga rela untuk berada dalam persimpangan kehidupanmu, saat engkau ingin mengeluarkanku dari rahimmu. Betapa tidak engkau saat itu dalam persimpangan kehidupan, Ibu. Pengorbanan atas hidup dan matimu seakan dekat saat itu. Tapi engkau merelakan dirimu untuk memutuskan tindakan itu. Tindakan yang berada di luar kemampuan manusia. Engkau telah memberikan makna, makna dalam pengertian sebuah kebenaran, kedewasaan dan kebijaksanaan. Tatkala makna yang tidak akan pernah hilang dalam gerusnya lekang waktu dan selalu melekat dalam setiap nafas yang ku hebuskan di semesat alam ini.

Kau “ibu” telah memutuskan untuk melahirkan ku dalam keadaan penuh kepastian, walau terus meneteskan darah segar di dalam rahimmu sebagai sari pati hidup ku di saat berada didalam semesta rahimmu, memperjuangkan hingga tetes darah pun engkau hiraukan. Engkau begitu tegar melawan itu. Jiwamu begitu besar. Mendidik ku hingga saat ini aku dapat mengenal alam semsesta bumi. Ibu, aku tidak akan dapat membandung pengorbanan serta perjuanganmu hingga aku berada dalam semesta bumi saat ini, menghirup udara segar alam semesta bumi ini, merasakan indahnya semesta bumi ini. Perjuangan yang tidak pernah henti engkau luapkan tatkala selaput darahmu pun berada dalam kesenggangan, kemerut kulit yang membekas dalam sel-sel kulitmu serta dering gemilau suara kencang pun menderu telingamu. Tapi rngkau tetap tegar!!

Laka Semesta Rahim

Ibundamu merupakan pemilik Kerajaan semseta rahim. Maka ketika engkau akan berani untuk bertindak salah dan durhaka pada ibumu, mungkin saja ibunda memang rela dan akan memaafkan setiap kesalahannya yang telah di perbuat oleh mu. Tetapi, tidak bagi para penghuni alam semesta ini, prajurit yang menjaga semesta rahim serta pemilik semesta ini. Karena meskipun Ibundamu akan senantiasa memaafkanmu karena tindakan yang kamu lakukan terhadap pemilik kerajaan semesta rahim, akan setiap langkah kesempatan atas kesalahanmu dirangkul hingga di genggam dengan erat-erat oleh para prajurit kerajaan alam semesta ini untuk kelak mereka usulkan pada Raja Semesta agar menjadi penghuni neraka abadi. Itulah, yang di lakukan untuk oleh Raja semseta untuk kamu dan penghuni alam semesta dengan mempertahankan kesucian dari alam rahim ibumu. Sebab, ibunda mumerupakan pemilik seluruh kerajaan semesta rahim. Bila engkau akan menyakitinya, berarti engkau akan melukai perasaan seluruh penghuni Kerajaan semesta Rahim —tanpa ada terkecuali. Itulah kausal bagi diri yang telah bertindak buruk bagi pemiik semesta rahim.

Jikalau Ibumu menangis karena tindakan yang salah engkau perbuat, hingga air mata keluar, menetes di hadapanmu, maka saat itulah sebagian malaikat akan masuk dan menyelinap pada setiap butiran air matanya yang menetes. Lalu, butiran tetes air mata itu akan menjadi kristal memantulkan cahaya yang membuat sebagian malaikat yang lain akan merasa silau atas cahaya kesucian yang terpancar dan marah kepadamu. Kemudian, kemarahan para malaikat itu merupakan kemarahan yang suci, hingga pemilik semesta ini tidak melarang mereka, tatkala akan menutup segala pintu kebaikan kepadamu. Bahkan bila kemarahan mereka sampai memuncak, engkau akan merasakan betapa menjadi tidak berartinya kebaikanmu selama ini dan menjadi seorang yang sangat menderita di semesta ini serta di alam berikutnya yang akan engkau jalani setelah di alam semesta ini. Bahkan, pintu surga pun akan tertutup selamanya bagimu! Itulah, yang engkau akan dapatkan dan rasakan setelah engkau melakukan tindakan yang merugikan bagi ibundamu. Sebab, dalam alam semesta hanya ada satu hukum yang berlaku, hukum kausal yang membuat kamu akan terjerumus dalam derajat yang lebih rendah di hadapan raja semesta, maka jangan pernah membuat Ibundamu tersakiti, tergores hatinya dan menangis karenamu, kecuali engkau memiliki banyak keberanian untuk membuat pemilik alam semesta ini murka atas perbuatanmu terhadap pemilik semesta rahim pada seluruh perjalanan hidupmu.

Kita pun selalu menyadari, sebuah pengorbanan yang engkau “ibu” berikan kepada hidup ini, sebuah perjuangan yang engkau hebuskan dalam helai-helai nafasmu di tiap langkah serta berada diantara hidup dan matimu. Raja semesta ini pun berjanji dalam janjinya kepada pemilik semesta Rahim. Bahwa, pengorbanan yang telah di berikan menjadi jalan bagi hidup kita untuk dapat menuju alam surga semesta alam dan kita pun akan memahami dalam setiap perkataanmu merupakan suatu nadir keputusan yang sering menyamai dengan kisah seorang pahlawan yang ingin mempertahankan kedaulatannya, bahkan jauh lebih dari itu. Ia didahului dengan penderitaan-penderitaan dari pembawaan kelahirannya untuk tetap ingin mempertahankan keutuhan yang terbaik bagi hidup sang bayi.

Ibunda, dialah yang terkasih. Dialah yang penyayang. Cahaya yang tidak pernah redup dalam hidup ini. Kreator yang selalu mengkonsep kehidupan ini dan pemersatu asa dalam kisah klasik kehidupan ini. Ibu, udara kasih yang tidak pernah sirna. Sambut seorang Iwan terhadap ibu,

Ribuan kilau jalan yang kau tepuh

Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan

Walau telapak kaki penuh darah, penuh nanah

Seperti udara kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas, ibu, ibu

Derai waktupun selalu menemanimu ibu bersama dengan pengorbanan yang engkau berikan, ibu, tatkala waktu 9 bulan saat itu, engkau telah membasuh diri dengan kesucian kasih sayangmu bersama bayi yang engaku rangkul di dalam rahimmu. Dahulu, cairan yang di katakan hina pun sekarang menjadi suci dalam rahimmu. Engkau tiup dengan derai doa, derai cahaya cinta serta basuh lembut lirih suara doamu. Ibu, Tanpa penuh keluh kesah engkau mengabarkan kisah kehidupan itu. Selalu menemani di saat penantian mulai memuncak untuk hadir dalam alam materi ini. Ibu, engkau telah membawa kita kemanapun engkau melangkah. Ibu, engkau adalah pribadi yang sempurna. Engkau adalah malaikat dalam alam dunia ini.

Ibu merupakan udara yang selalu kita hisap hingga kita dapat hidup di dunia ini. Nafas yang suci itu pun selaalu dihebuskan ketika kita berada di alam rahim. Berawal dari embrio, menjadi janin kemudian menjadi manusia yang jadi dan hidup hingga kini. Seperti nadi yang engkau berikan. Ia menyalurkan tiap molekul-molekul darah segar untuk kita dapat hidup, derai kesucian darah itupun mengalir dan dari kesucian rahim itulah yang membawa kita pada sebuah kehidupan yang nyata ini. Pengorbanan yang tidak dapat dibalas oleh perbuatan apapun yang kita lakukan kepadanya. Itulah ibu.

By Isnpiration : Rahim

Oleh : Pramoe Mirza

Jogyakarta, 12.07.2010

Senin, 28 Juni 2010

Menulis : Melahirkan Sejarah


Disini

Hai teman-teman aku datang kembali nih untuk menyajikan menu baru dalam Lantai Kehidupan ini, terima kasih atas kunjungan teman-teman yang telah sedikit meluangkan waktunya untuk membaca goresan pena ini dalam sajian baru ku. Menu baru ini ku buat atas perenunganku tentang hal baru bagi diriku, dari keinginanku untuk lebih mengenal diriku melalui tulisan. ya, aku ingin mengenal, mungkin itu kata kuncinya, jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang "aku ingin mengenal melalui tulisan teman-teman dapat langsung membacanya dan selamat menikmati hidangan baru saya.. :D, salam kenal, "Pramoe"

Mengapa saya menulis? Itu awal yang terbersit dalam pikiranku saat ini. Sebuah pertanyaan yang mungkin sederhana tetapi memiliki makna yang mendalam bagi sejarah hidup kita. Mengapa? Nanti kita akan menjawabnya mengapa menulis memiliki makna dalam sejarah hidup kita. Kata orang menulis itu sulit dan membosankan, memang awalnya sih seperti itu, akan tetapi setelah kita menekuninya dan terus menerus melakukannya, pasti kita akan gemar dengan kegiatan ini, sesuai dengan idiom ”Kita bisa karena biasa”. Pastilah! Segala kegiatan yang baru pastinya kita akan merasakan suatu kecanggungan bila melakukannya, alasannya karena kita belum terbiasa dengan kegiatan itu. Akan tetapi, setelah kita sering dan terbiasa untuk melakukannya pasti kita akan senang dengan kegiatan yang baru itu. Mungkin seperti itu.
Selanjutnya, kenapa kita harus menulis? Mungkin inilah suatu pertanyaan mendasar jika ingin mengenal sesuatu hal tentang diri kita sendiri maupun tentang segala hal yang berada di sekitar kita. Menurut pramoedya Ananta Toer, menulis merupakan kegiatan untuk mengenal sejarah kita, seperti yang diungkapkannya, “Menulislah, jika tak menulis, maka kamu akan ditinggalkan sejarah.”
Dengan begitu, melalui tulisan kita akan menawarkan dunia. Dunia yang diyakininya benar. Dunia bagi orang-orang yang ingin mengenal sejarahnya. Orang-orang menyebut usaha ini adalah usaha untuk memperkenalkan sejarah yang akan tidak redup. Yaknilah, sejarah bagi orang-orang yang ingin terdengarkan. Jika saja bukan usaha untuk menuliskan kembali biografi diri kita sendiri, mungkin kita pun tidak akan lingkungan kelompok kita sendiri dan akan terhapus dari sejarah. Lalu kisah orang-orang anonim, tapi penting dalam proses pembentukan karakter diri dalam lingkungan yang lebih dekat lagi dan karakter-karakter yang dikandunginya, dibasahi dalam bentuk karya imajinasi. Menulis jadilah dunia dalam sebuah perjalanan baru kita untuk menghalau dunia tersendiri, merdeka, dan sekaligus merangsang pikiran untuk mendudukkan alam pikiran kita dalam konteks yang lebih khusus dan lebih luas lagi.
Dengan cara menulis itulah kita menawarkan sesuatu kepada lingkungan kita. Tak ada yang lain cara efektif yang dipahami oleh kita selain dengan tulisan. Terlalu serak dan pendek umur ucapan sebuah pidato atau semua teriakan. Tulisanlah jalan keluar untuk mengeluarkan riak-riak yang telah meradang di kehidupan kita, yang punya usia memanjang. Tulisan adalah arsip. Dan arsip adalah nyawa atau ruh bagi kehidupan kita, lengkap dengan segerbong kisah-kisah kemenangan dan kekalahannya. Karena itu tepat jika berpesan kepada kita “Untuk menghancurkan sebuah bangsa, bumihangus buku-bukunya. Niscaya bangsa itu akan lupa. Dan saat itulah ia akan hancur.”
Menulis merupakan suatu kegiatan yang secara tidak langsung menjadi arsip bagi kehidupan kita. Dengan santai kita melakukannya tapi memerlukan tenaga yang besar. Ya, tenaga untuk mengulang kembali apa yang pernah kita alami sebagai sebuah pengalaman yang pernah kita jumpai ketika kita melakukan sesuatu hal kebiasaan maupun tidak. Dengan berbagai cara yang dilakukannya, dari duduk diam hingga memikirkan sesuatu yang luas di sekitar kita. Hal yang terpenting dalam menjelaskan tentang kegiatan baru ”menulis” ialah mengenai suatu hasil tindakan kita dengan berkontemplasi (merenungkan) tentang sesuatu yang biasa, yang pernah kita alami sebelumnya, yang nantinya akan teraplikasi dan menciptakan kajian baru dalam melihat realitas kehidupan kita, pastinya! Hasil tersebut nantinya akan memiliki pendukung dari variable-variable, sehingga akan menghidupkan kembali suatu kekuatan dan suatu kebutuhan dari hasil kontemplasi (perenungan) itu. Variable tersebut ialah pengalaman atas diri kita tentang sesuatu hal di dalam lingkungan kita sehari-hari maupun tentang hal-hal lain yang berada disekitar atau diluar diri kita.
Dalam kehidupan ini pasti ada rahasia yang harus di singkap atau diungkap untuk di jadikan cerita perjalanan hidup kita. Maka jalan untuk mengungkap cerita perjalan itu dengan menulis. Ya, kurang lebih seperti itu. Jika perjalanan hidup itu kita tidak tulis maka akan sia-sia karena melalui lisan saja akan hilang oleh waktu. Ya, sesuai dengan pesan seorang besar yang ingin penerusnya untuk tidak hilang oleh sejarah tutur ”Pramodya Ananta Toer”.
Kembali mengenai pertanyaan itu, mengapa saya menulis? Biasanya jawaban yang akan terdengar di telinga kita ialah karena itu hobi saya, karena lagi jenuh, atau karena saya ingin dikenal oleh orang banyak, dll, apapun itu. Jawaban tentang quality personal seseorang. Tetapi jauh diluar sana, menulis tidak hanya berbicara tentang quality personal saja, akan tetapi memiliki suatu kekuatan besar untuk merubah sesuatu hal yang ada. Tidak hanya itu, Tulisan bagai obor, sekaligus kemudi bagi sejarah. Lihatlah jika dengan tulisan kita akan menawarkan sejarah yang kita dipahami sebelumnya. Celakanya, sejarah yang dikandung oleh sebuah tulisan yang kita rangkaikan adalah sejarah yang selalu bertabrakan muka, berhadapan wajah dengan realitas yang kita miliki, berhadapan dengan masa yang akan datang, yang dikreasi oleh kekuatan apapun.
Dan dengan menuli pula, kita kemudian membangun presepsi yang sama sekali baru tentang apa arti diri kita, lingkungan kita maupun peradaban-peradabannya, serta sejarah orang-orang yang bergolak di dalamnya yang bertarung dalam pusaran sejarah. Terutama sejarah dari anomali orang-orang yang dilindas sejarah. Karena menulis tidak hanya sebuah picisan melainkan sebuah mimpi di atas mimpi.
Dari menulis orang dapat tergugah untuk bergerak dan dari menulis pun suatu revolusi (perubahan) sosial akan tercipta. Karena menulis suatu keabadian lahir dari kehidupan ini. Seperti para founding fathers kita yang membentuk Negara ini. Seperti tulisan undang-undang dasar dan teks proklamasi bangsa ini yang telah dikumandangkan untuk kemerdekaan dan menjauhkan diri dari penjajahan asing yang berbentuk penjajahan fisik. Hingga kapanpun semangat-semangat itu akan menjadi api bagi kehidupan berbangsa kita hingga saat ini. Dari semangat yang berkobar itu disebabkan oleh ada suatu dasar dari secarik kertas teks proklamasi yang akan merubah tatanan sosial masyarakat dari penjajahan fisik. itulah kekuatan besar yang lahir dari tulisan.
Tepat sekali jika Pramudya Ananta Toer pernah berpesan melalui karyanya ”jika kita tidak menulis, maka kita akan menjadi orang yang tidak beruntung di muka bumi ini” mengapa? karena kita tidak menulis, kita akan ditelan oleh waktu dan peradaban yang semakin lama akan berubah mengikuti zaman. Artinya, bahwa dengan menulis kita akan menentukan suatu sejarah baru dalam kehidupan ini. Kitalah yang menentukan sejarah dan menentukan waktu sekaligus peradaban. Jejak rekam yang kita lahirkan akan selalu abadi dan selalu diingat oleh siapapun yang membacanya. Sejarah itu akan selalu hidup jika kita menulis. Jika boleh saya menganalogikan, menulis adalah suatu bangunan yang besar yang memiliki pilar-pilar untuk membentuk fondasi yang kokoh. Pilar-pilar untuk mempertahankan bangunan agar tetap berdiri dengan kuat. Itulah menulis, menjadi pilar-pilar untuk menopang bangunan besar kehidupan ini dan sejarah hidup kita adalah bangunan besar itu. Dengan menulis kita melahirkan kehidupan baru. Kehidupan yang menjadi sejarah pada zaman sekarang maupun yang akan datang.
Budaya yang besar adalah budaya menulis. Itulah pesan yang disampaikan oleh Pramodya Ananta Toer. Sebagai contoh, Negara maju. Pertanyaannya adalah mengapa Negara maju mudah dikenal? Salah satunya Negara maju mudah dikenal dikarenakan memiliki budaya menulis yang kuat. Mereka melakukan ekspansi budaya kepada negara-negara berkembang dengan melalui tulisan. Contoh: LOI (Later Of Intens) yang merupakan suatu perjanjian/ kesepahaman mengenai kerja sama antara Amerika dengan Indonesia maupun media-media yang biasa kita lihat. Dari perjanjian itulah bangsa Indonesia tercengkram oleh lembaga-lembaga donator seperti IMF,WTO dan sejenisnya. Dan memberikan pengaruh terhadap ekonomi politik Indonesia khususnya kepada Amerika sebagai Negara Donatur ekonomi keuangan, untuk saat ini. Sungguh hebatkan ”mereka” dari beberapa lembar tulisan saja suatu negara dapat dikontrol oleh Negara lain. Tulisan itu menjadi legitimasi (kekuatan) untuk menciptakan revolusi sosial yang baru.
Selain itu, melalui tulisan pun kita akan mengenal orang-orang besar didunia ini seperti Soekarno, bung Hatta dan yang lainnya. Wajar saja kita lebih mengenal orang-orang besar seperti bung Karno, bung Hatta dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang lain dari pada orang-orang terdekat kita. Alasannya hanya sederhana, Mereka ”tokoh-tokoh” menulis. Sedangkan, orang-orang terdekat kita tidak menulis. Itupun akan kembali kepada kita, jika kita tidak menulis pastinya kita tidak akan dikenal oleh orang-orang terdekat kita dan nantinya kita tidak akan melahirkan sejarah baru karena jejak rekam kita tidak ada yang di tuliskan sebagai sebuah bentuk arsip sejarah bagi orang-orang terdekat kita, seperti orang yang sedang bermain puzzle, merangkai bagian-bagian yang terpisah lalu disatukan untuk menjadi gambar yang menarik.
Saya percaya bahwa kita bisa seperti Bung Karno, Bung Hatta dan tokoh-tokoh yang lainnya, yang ada di Indonesia maupun di dunia. Selagi kita dapat menuliskan sesuatu gagasan tentang diri kita maupun tentang gagasan di sekitar kita. Mereka (orang-orang yang berpengaruh) mengaplikasikan gagasannya selain melalui media verbal (Orasi, berbicara) juga melalui media tulisan. Kita memiliki kesempatan itu. Kesempatan untuk menjadi orang yang berpengaruh dan kesempatan itu tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang besar saja. Karena kita terlahir atas pilihan menjadi pemenang. Bukan menjadi pilihan yang kalah. Marilah bangsa ini menumbuhkan kesadarannya dengan Menulis. Senjata yang paling tajam bagi bangsa maju adalah dengan menulis. Dengan menulispun pengetahuan kita akan kembali hadir. Sesuai dengan pesan Ali bin Abi Thalib ”pengetahuan ialah tali kekang bagi kehidupan kita”. Jika kuda ingin dikendalikan maka tali kekanglah menjadi alat bagi joki untuk mengendalikan kudanya, jika diri ingin dikendalikan maka dengan tulisanlah sebagai alat bagi para intelektual untuk mengendalikan dirinya. Maka dari itu jika bangsa ini ingin menjadi bangsa yang maju tetapkan dan ikuti dari bangsa-bangsa yang maju untuk menulis.

Bekasi, 27.08.2008

Rabu, 16 Juni 2010

Untuk Lagu Malam

Yang sedang bersama malam saat ini dan,
Untuk sebuah cerita malam yang sedang menemaniku saat ini,

disini

Saat ini, malam pun ingin menjemput fajar. Malam, sudah mulai dalam peraduannya bersama senja, ditemani oleh heningnya suasana bersama alunan kopi dan sebatang rokok yang selalu ingin melekat dalam lidah ini. Aku menuliskan sebuah kata yang sendiri aku lahirkan. Caravansary sebauh melodik yang mengeras bersama angin malam, mulai melantunkan keharmonisan suara untuk menghantarkanku dalam refleksi waktu saat ini, hingga terbersit dalam ngiang ku sebuah kata “lakukan suatu tindakan, bernjak dalam keheningan malam saat ini dan teteskan nira dalam riakmu walaupun itu pahit. karena itu yang dapat membuatmu sadar tentang pentingnya sebuah makna pengetahuan”. Kesendirian pun menemaniku dalam sebuah ruang yang memutih oleh cahaya lampu kamar. Sungguh, aku pun ingin memulai keinginanku ini bersama waktu yang sepi ini. Jejak saat ini tidak tampak oleh mata. Mereka, kawanku sudah menikmati tidurnya dalam peraduan mimpinya, mungkin. Sedangkan aku masih berada dalam kesadaran yang entah kapan dapat merasakan seperti yang dirasakan oleh teman itu. Insomnia. Itulah yang sedang terjadi saat malam ku ini.

Malam saat ini, mulai menampakkan dirinya. Dengan keheningan dan kediam bisuannya. Aku pun mulai ingin berdiam untuk harus mengheningkan tindakan yang biasa terjadi dan memulai seperti yang dilakukan malam yang tidak biasanya sebelumnya. Untuk aku, dapat memecah keheningan suasana ini. Mungkin melalui tulisan ini aku membuat kepingan-kepingan riuh suasana ini, tapi tidak apalah. Itu yang dapat ku perbuat saat ini berserta tulisan ini aku tulis. Malam pun seakan menghujatku, saat ini. disebabkan aku tidak dapat memberikan suasana yang berbeda, entah suasana apa itu? “Dalam benakku”. Insomnia aku pun yang merasakannya. Dengan mata yang tidak dapat dipejamkan dan raga yang tidak ingin beraktifitas untuk menemani malam. Beranda pun mulai hening dalam diam tanpa ada rasa untuk bersenandu. Ya, itulah malam saat ini.

Dengan sadar aku pun ingin merefleksikan diriku, bersamanya. Ingin ku mengetahui apa yang telah aku lakukan selama hari ini. aktifitas yang tidak biasanya rutin aku lakukan. Pasti, berbeda dari biasanya. Saat siang mulai beranjak bersama dengan teman-teman membicarakan hal yang ingin dan sedang terjadi. Setelah itu, mulai rasa rindu untuk memejamkan mata hari dan saat itulah aku mulai memejamkan mata, saat dimana senja mulai mendekati malam dan terbangun saat malam pun mulai tiba. Itulah yang terjadi saat ini. sekilas sebuah cerita hari ini.

Malam saat ini, Aku putuskan untuk berteman dengan harmonisasi caravansari. Saat ini, tiap detik dan tiap menitnya aku berteman dengannya. Kenyamanan mala mini pun aku rasakan. Tanpa ada senggang waktu yang memutuskan kita dan memberikan kesenggangan yang jauh dalam waktu. Ya, aku bersama caravansari, teman baruku yang baru aku temui mala mini. Mungkin entah sampai kapan aku dapat berteman dengannya untuk menemani malam saat ini. bersamaan, aku pun melihat disekelilingku daun pintu pun mulai menutup, Mungkin, agar tidak tampak oleh mata orang lain, bersama dengan ruangan yang ada didalamnya. Sesekali, kembali caravansari memulai kembali bersenandu bersama harmonisasi violin, kicauan burung dan petikan jemari yang menghantarkan ku pada sebuah suasana yang melodik. Mendengarnya, aku mulai tersadar untuk menggoreskan tinta, untuk aku kembali mengabarkan pada malam tentang pertemananku dengan keheningan saat malam ini. Kitaro, ya, mencoba untuk merefleksikan diri dalam dinamisasi suasana. Bersamanya, sesekali pun angin mulai meniup hembusannya. Seperti malu ia menemaniku saat malam ini. Tubuhku pun mulai merangsangkan dengan riuh yang tidak dapat dipisahkan oleh malam. Itulah yang terjadi saat malam menyingsing dalam waktu fajar. Bersamanya lagu untuk malam ini.


Jogyakarta, 17.May.2010

02:45

Pramoe