Jumat, 27 Februari 2009

Manusia Mengenal Alamnya


Melalui akal (ide) dan pikiran, manusia dapat melakukan perkenalan terhadap gejala-gejala yang terjadi di sekilingnya. Akal dan pikiran menjadi alat manusia untuk mendekatkan diri kepada alamnya untuk memahami kecenderungan kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Terkhusus pada pengalaman yang saya alami ketika saya mengikuti acara kelas di kaliurang. Tepatnya pada malam hari ketika acara api unggun. Teman saya mendekat kepada saya, lalu tanpa basa basi saya bertanya kepada teman saya. Kenapa ya, jika badan kita didekatkan ke api akan terasa panas? Teman saya menjawab, mungkin karena badan kita tidak dapat menerima panasnya api unggun itu. Sehingga kita akan merasakan panas. Saya bertanya kembali, sebenarnya Panas api itu yang menerima akal atau pancaindera kita? Kami berdua berfikir sejenak untuk menjawab pertanyaan yang lahir begitu saja. Kalau pendapatku, api itu sebenarnya tidak diterima oleh pancaindera kita, akan tetapi diterima oleh ide kita. Ide (akal) kita yang merespon panasnya api itu dan merasakannya adalah kulit tubuh kita. Akal kita yang merespon terjadinya panas pada kulit dan rasa panas itu dirasakan oleh rangsangan kulit kita. Artinya, kulit akan merasakan secara materi kejadian-kejadian yang terjadi sedangkan ide merasakan gagasan panas yang dimiliki oleh api, jiwa adalah keseluruhan panas yang dirasakan oleh kita dan akal kita merespon kejadian-kejadian secara konsep yang abstrak. Rasa panas itu terjadi karena adanya konsep (ide) yang dimiliki oleh kita sehingga kita mengenal rasa panas itu. Rasa panas itu kan sifatnya materil yang diterima oleh pancaidera kita. Materi yang dirasakan adalah panas. Panas api itu bagian dari api itu sendiri. Aksiden api itu adalah panas dan berwarna merah. Maka jika tubuh kita didekatkan kepada api maka yang dirasakan adalah rasa panas.
Manusia merupakan makhluk yang berakal yang dapat memahami dan menafsirkan sesuatu dilingkungannya. Melalui akal dan pikiran dapat dilakukan oleh manusia untuk mengenal alamnya dan sang pencipta alam. Melalui interpretasinya terhadap gejala-gejala yang dapat terjadi di sekilingnya. Akal dan pikiran menjadi alat manusia untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta melalui pemahamannya terhadap gejala-gejala yang terjadi di sekelilingnya. Dengan melalui akal dan pikiran yang dimiliki oleh umat Islam maka nantinya dapat mengenal Allah, takut kepada Allah, Cinta Kepada Allah dan Selalu bersujud kepada Allah. Ide dan gagasan atau akal dan pikiran suatu bagian yang terpisahkan oleh manusia untuk memahami realitas yang berada di luar dari lingkungan individunya secara mandiri. Ide biasa disebut oleh Plato dengan realitas sesungguhnya dari segala yang ada dari penginderaan yang dimiliki oleh manusia untuk mengenal lingkungannya. Karena ide tidak akan pernah mati dan tidak pernah berubah sekaligus tidak terbatas dalam memahami sesuatu yang diterima. Ketika sebuah ide memahai bunga maka yang berada dalam ide adalah bunga bukan bentuk-bentuk dari bunga. Karena bentuk-bentuk bunga seperti mawar, anggrek, itu merupakan aksiden-aksiden yang melekat dalam ide manusia.
Perubahan itu terjadi karena panca indera menangkap bentuk-bentuk. Sebuah perubahan yang terjadi karena panca indra menangkap sesuatu yang terbatas dengan memakai pancaindera. Dengan memakai ide, manusia dapat memahamai dan mengnal realitas sesungguhnya. Berbeda dengan penginderaan sebagai alat yang selanjutnya manusia untuk mengankap realitas untuk mengenal dengan jelas lingkungannnya. Penginderaan itu bersifat pragmatisme. Maksudnya, secara cepat manusia mengenal lingkungannya dan secara langsung menangkap realitasnya dengan keterbatasan yang dimiliknya. Seperti mata yang dapat melihat, tangan kita yang dapat meraba, mulut kita yang dapat mengucap, lidah kita yang dapat merasakan, telinga kita yang dapat mendengar dan hidung yang dapat mecium. Itu semua alat yang dimiliki oleh manusia untuk mengetahui dan memahami realitas yang terbatas dalam kehidupannya. Alas an bagi akal dan pikiran lebih kuat dari panca indra ialah, 1. ide tidak berkesudahan, 2 pancaidera berkesudahan, 3. ide tidak terbatas, 4. Pancaidera terbatas. 5. Akal menjangkau apapun. 6. Pancaindera sulit menjangkau apapun.